Secara literal, sabar adalah habsu al-nafs ‘an al-jaza’ [menahan diri dari keluh kesah (ketidak sabaran).[Abu Bakar Al-Raziy, Mukhtaar al-Shihaah, hal.354, bab shabara). Apabila seseorang mampu menahan dirinya dari keluh kesah, kegelisahan, dan kegundahan akibat berbagai macam cobaan, maka ia tergolong orang-orang yang sabar. Sebaliknya, tatkala seseorang suka mengeluh, mengaduh, dan selalu merasa jengah dan khawatir atas berbagai macam musibah, maka ia bukanlah termasuk bagian orang-orang yang sabar. Jamaluddin al-Qasimi menyatakan, “Barangsiapa yang tetap tegak bertahan sehingga dapat menundukkan hawa nafsunya secara terus-menerus, orang tersebut termasuk golongan orang yang sabar.”[Al-Qasimi, Mau’idlaat al-Mukminiiin].
Pahala kesabaran sangatlah besar dan agung. Dalam sebuah hadits qudsiy telah dituturkan:
“Apabila telah Kubebankan kemalangan (bencana) kepada salah seorang hambaKu pada badannya, hartanya, atau anaknya, kemudian ia menerimanya dengan sabar yang sempurna, Aku merasa enggan menegakkan timbangan baginya pada kiamat atau membukakan buku catatan amalan baginya.”[HR. al-Dailamiy, dari Anas ra].
Dalam al-Quran Allah dinyatakan:
“Sesungguhnya Kami akan uji kalian dengan suatu cobaan berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu, orang-orang yang ketika ditimpa kesusahan (musibah) mereka berkata,”Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNya pula kami akan kembali.” Mereka adalah orang-orang yang mendapatkan karunia, kehormatan, dan rahmat dari Allah dan merekalah orang-orang yang memperoleh hidayah.”[al-Baqarah:155-157]
Masih banyak nash-nash al-Quran yang bertutur tentang kesabaran serta pahala yang diberikan Allah kepada bagi orang-orang yang sabar.
Kesabaran merupakan perhiasan hati yang sangat agung dan mulia. Kesabaran akan menjadikan seseorang menjadi qana’ah, mulia dan dihormati oleh siapapun. Selain itu, kesabaran juga merupakan syarat-syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk mendapatkan sebuah kemenangan. Dalam sebuah ayat, Allah swt berfirman, “
“Hai orang-orang yang beriman, berlakulah sabar dan perkuat kesabaran diantara sesama kalian, dan bersiagalah kalian serta bertaqwalah kepada Allah, supaya kalian memperoleh kemenangan.”[Ali Imran:200]
Kesabaran yang dimaksud di sini adalah kesabaran dalam menghadapi segala bentuk kesulitan dan penderitaan tatkala menjalankan perintah Allah swt.
Kesabaran dalam peperangan harus diwujudkan dengan cara menjalankan seluruh kausalitas peperangan, misalnya mempersiapkan strategi yang jitu, melengkapi diri dengan persenjataan yang memadai, serta mentaati instruksi-instruksi dari kepala pasukan. Selanjutnya, ia berserah diri kepada Allah swt atas semua hal yang akan menimpanya, baik menang maupun kalah.
Kesabaran dalam bekerja harus direfleksikan dengan cara mengorganisasikan seluruh hal yang bisa menunjang keberhasilan pekerjaan. Ia mempersiapkan seluruh potensi dirinya untuk meraih rejeki yang halal, dan berserah diri kepada Allah atas semua hasil yang diterimanya.
Kesabaran dalam berdakwah Islam harus diwujudkan dengan cara berjalan sesuai dengan manhaj dakwah Rasulullah saw walaupun jalan itu terasa sulit, panjang, berliku dan penuh dengan cobaan dan musibah. Selanjutnya, ia membuat rencana-rencana program yang terarah, realistis, dan jelas. Dirinya juga kreatif dalam menciptakan uslub-uslub yang sesuai dengan kondisi dan fakta yang ada, dan secara logis akan mengantarkan kepada keberhasilan. Ia juga selalu mencari dan menciptakan cara-cara baru yang bisa mempermudah akses dakwahnya di tengah-tengah masyarakat.
Atas dasar itu, kesabaran harus diwujudkan dengan cara mempersiapkan diri menghadapi segala macam kesulitan dan derita dalam menjalankan seluruh perintah Allah swt.
Secara umum, kesabaran dibagi menjadi dua. Pertama, kesabaran dalam menghadapi cobaan yang bersifat fisik. Kedua, kesabaran dalam menghadapi cobaan yang bersifat non fisik.
Kesabaran dalam menghadapi cobaan bersifat fisik adalah tabah dalam memikul tugas-tugas yang berat , tabah dalam menghadapi kemiskinan, cacat, atau menderita rasa sakit (akibat penyakit maupun siksaan).
Kesabaran dalam menghadapi cobaan yang bersifat non fisik terbagi menjadi beberapa hal:
Pertama, sabar dalam menahan hawa nafsu dan kecenderungan seksuil. Kesabaran semacam ini disebut dengan ‘iffah.’
Kedua, teguh dalam menghadapi musibah, kesulitan, dan bencana tanpa ada keluh kesah, mengumpat, tidak menunjukkan rasa kekesalan dan sebagainya. Kesabaran semacam ini sering dianggap sebagai bentuk kesabaran secara umum.
Ketiga, menahan diri dari kehidupan mewah di waktu dirinya kaya.
Keempat, syaja’ah (keberanian), yakni mampu menahan diri dari sifat kepengecutan di medan peperangan. Lawan dari sifat syaja’ah adalah jubun (pengecut).
Kelima, tasamuh (toleran), yakni sikap untuk menahan diri dan lapang dada terhadap musuh atau orang yang berbeda pendapat.
Keenam, kitman, yakni menahan diri untuk tidak menyampaikan suatu aib atau rahasia –baik rahasia diri sendiri, orang lain dan negara-- kepada orang lain.
Ketujuh, zuhud, yakni menahan diri dari kenikmatan dan kesenangan dunia untuk memperoleh kesenangan akherat.
Kedelapan, qana’ah, yaitu, menahan diri hidup yang berlebih-lebihan dan merasa puas dengan kehidupan yang diusahakannya.
Kesabaran akan membuahkan keberhasilan dan kebahagiaan. Sebaliknya, sifat tergesa-gesa, gelisah dan berlebihan akan menjatuhkan seseorang ke dalam kegagalan dan kemurkaan Allah swt.