Pemikiran Islam dibangun di atas dua asas yakni akal dan syara’
a. Akal
b. Syara'
a. Akal
Islam telah memberi seruan kepada akal manusia. Allah telah memerintahkan kepada manusia untuk memperhatikan alam semesta dan memperhatikan apa-apa yang ada di dalanmya secara mendalam sehingga dapat mencapai kepada keimanan akan adanya al Khaliq yang menciptakannya.
Allah SWT berfirman:
“Dan pada dirimusendiri, makaapakah kamu tiada memperhatikan?" (TQS. Adz Dzaariyaat [51]: 21)
"Maka perhatikanlah manusia itu, dari apa dia diciptakan” (TQS. Ath Thaariq [86]: 5)
“Apakah mereka tidakmemperhatikan pada kerajaan langit dan bumidan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah” (TQS. Al A'raaf: 185)
Cara seperti ini akan menghantarkan kepada keyakinan akan adanya al Khaliq Yang Maha Kuasa. Dengan demikian akal merupakan jalan bagi manusia untuk meyakini keberadaan al Khaliq, untuk meyakini Al Quran sebagai hakamullahdan Muhammad adalah Rasul Allah. Dengan demikian maka akal merupakan asas bagi aqidah Islam. Sehingga aqidah Islam merupakan aqidah aqliyyah (aqidah yang diperoleh dengan memfungsikan akal, penerj.) yang merupakan asas bagi pemikiran Islam. Dengan demikian maka aqidah Islam dibangun berdasarkan akal.
b. Syara'
Sesungguhnya pemikiran Islam, dengan seluruh bagiannya, bersumber dari syara' yang datang dengan jalan wahyu yaitu Al Quran dan As sunnah dan apa-apa yang ditunjukkan oleh Al Quran dan As sunnah yakni ijma’sahabat dan qiyas. Dengan demikian, maka syara' merupakan asas pemikiran Islam, dimana pemikiran Islam tidak akan keluar dari syara’ selama-lamanya. Agar suatu pemikiran dianggap sebagai pemikiran Islam maka haruslah digali dari dalil-dalil syara. Misalnya jihad, syura, dan iman kepada adanya jin. Semuanya merupakan pemikiran Islam yang datang dari dalil-dalil kitabullah dan sunnah Rasul. Adapun penjajahan, teori Darwin, ataupun pemikiran sosialisme bukanlah pemikiran Islam, bahkan pemikiran Islam telah menjelaskan kelemahan dari ketiga bentuk pemikiran ini.
Pemikiran Islam akan hilang kekhasannya jika terpisah—secara keseluruhan atau sebagian—dari wahyu. Allah telah melarang kita untuk melakukan pemisahan ini. Firman Allah:
“Barang siapayang mencari selain Islam sebagai agama, maka sekali-kali tidakakan diterima darinya dan dia pada hariakhirat termasuk orangyang merugi” (TQS. Ali lmran [3]: 85)
Juga tidak akan diterima pemikiran yang tambal sulam seperti yang dilakukan sebagian orang yang mengambil perekonomian dari Marxis atau Kapitalisme dan akhlaq atau sosial kemasyarakatan dari pemikiran Barat—bahkan mereka terpesona dengan setiap yang baru dan asing—kemudian menggabungkannya dengan pemikiran Islam.