PUASA UMAT TERDAHULU

by Unknown , at 08.01 , has 0 komentar

Puasa  telah  dilakukan  oleh umat-umat terdahulu. Kama kutiba 'alal  ladzina  min  qablikum  (Sebagaimana  diwajibkan   atas (umat-umat)  yang  sebelum kamu). Dari segi ajaran agama, para ulama  menyatakan  bahwa  semua  agama  samawi,   sama   dalam prinsip-prinsip  pokok  akidah,  syariat, serta akhlaknya. Ini berarti bahwa semua agama samawi  mengajarkan  keesaan  Allah, kenabian, dan keniscayaan hari kemudian. Shalat, puasa, zakat, dan berkunjung ke tempat tertentu  sebagai  pendekatan  kepada Allah   adalah  prinsip-prinsip  syariat  yang  dikenal  dalam agama-agama samawi.  Tentu  saja  cara  dan  kaifiatnya  dapat berbeda, namun esensi dan tujuannya sama.
Kita dapat mempertanyakan mengapa puasa menjadi kewajiban bagi umat islam dan umat-umat terdahulu?
Manusia  memiliki  kebebasan  bertindak  memilih  dan  memilah aktivitasnya,  termasuk  dalam  hal  ini,  makan,  minum,  dan berhubungan  seks.  Binatang   --khususnya   binatang-binatang tertentu--  tidak  demikian.  Nalurinya  telah mengatur ketiga kebutuhan pokok itu,  sehingga  --misalnya--  ada  waktu  atau musim  berhubungan  seks bagi mereka. Itulah hikmah Ilahi demi memelihara kelangsungan hidup binatang yang bersangkutan,  dan atau menghindarkannya dari kebinasaan.
Manusia sekali lagi tidak demikian. Kebebasan yang dimilikinya bila tidak terkendalikan dapat menghambat  pelaksanaan  fungsi dan peranan yang harus diembannya. Kenyataan menunjukkan bahwa orang-orang yang memenuhi syahwat perutnya melebihi kadar yang diperlukan,  bukan  saja  menjadikannya  tidak  lagi menikmati makanan  atau  minuman  itu,  tetapi  juga  menyita  aktivitas lainnya  kalau  enggan  berkata  menjadikannya  lesu sepanjang hari.
Syahwat seksual juga demikian. Semakin dipenuhi  semakin  haus bagaikan  penyakit  eksim  semakin  digaruk semakin nyaman dan menuntut, tetapi tanpa disadari menimbulkan borok.
Potensi dan daya  manusia  --betapa  pun  besarnya--  memiliki keterbatasan,  sehingga  apabila  aktivitasnya telah digunakan secara berlebihan ke arah tertentu --arah pemenuhan  kebutuhan faali  misalnya--  maka  arah  yang lain, --mental spiritual-- akan terabaikan. Nah, di sinilah diperlukannya pengendalian.  
Sebagaimana disinggung di atas, esensi  puasa  adalah  menahan atau  mengendalikan  diri.  Pengendalian  ini  diperlukan oleh manusia, baik secara individu  maupun  kelompok.  Latihan  dan pengendalian diri itulah esensi puasa.
Puasa dengan demikian dibutuhkan oleh semua manusia, kaya atau miskin, pandai atau  bodoh,  untuk  kepentingan  pribadi  atau masyarakat.   Tidak   heran  jika  puasa  telah  dikenal  oleh umat-umat sebelum umat Islam, sebagaimana diinformasikan  oleh Al-Quran.
Dari  penjelasan  ini,  kita  dapat  melangkah untuk menemukan salah satu jawaban tentang rahasia  pemilihan  bentuk  redaksi pasif  dalam  menetapkan  kewajiban  puasa. Kutiba 'alaikumush shiyama (diwajibkan atas kamu  puasa),  tidak  menyebut  siapa yang mewajibkannya?
Bisa  saja  dikatakan  bahwa pemilihan bentuk redaksi tersebut disebabkan karena yang mewajibkannya  sedemikian  jelas  dalam hal  ini  adalah  Allah  Swt.  Tetapi  boleh  jadi  juga untuk mengisyaratkan  bahwa  seandainya   pun   bukan   Allah   yang mewajibkan  puasa,  maka manusia yang menyadari manfaat puasa, dan akan mewajibkannya atas dirinya sendiri. Terbukti motivasi berpuasa (tidak makan atau mengendalikan diri) yang selama ini dilakukan manusia,  bukan  semata-mata  atas  dorongan  ajaran agama.  Misalnya  demi  kesehatan,  atau kecantikan tubuh, dan bukankah pula  kepentingan  pengendalian  diri  disadari  oleh setiap makhluk yang berakal?
Di  sisi  lain bukankah Nabi Saw. bersabda, "Seandainya umatku mengetahui (semua keistimewaan) yang dikandung oleh  Ramadhan, niscaya mereka mengharap seluruh bulan menjadi Ramadhan."
PUASA UMAT TERDAHULU
About
PUASA UMAT TERDAHULU - written by Unknown , published at 08.01, categorized as Ramadhan . And has 0 komentar
0 komentar Add a comment
Bck
Cancel Reply