NILAI FUNDAMENTAL PUASA RAMADHAN

by Unknown , at 08.31 , has 0 komentar
Abad baru, abad ke 21, membawa tantangan-tantangan baru baik negatif maupun positif bagi kehidupan manusia. Jika hal-hal negatif tidak segera diwaspadai dan diantisipasi, akan membuat lingkungan hidup di muka planet bumi semakin hari semakin tidak nyaman untuk dihuni. Tanda-tanda kearah itu cukup jelas. Kerusakan lingkungan hidup dan bencana alam ada dimana-mana. Tindakan kekerasan semakin bertambah baik kualitas maupun kuantitas. Bom bunuh diri dianggap hal yang wajar. Merajalela dan tidak dapat dicegahnva tindak korupsi. kolusi dan nepotisme,  berkembang pesatnya kemiskinan, rapuhnya kelembagaan keluarga, Penyalahgunaan obat-ubat terlarang, ketidak saling-kepercayaan (mutual distrus) antar warga, Prejudice (buruk sangka) antar kelompok sosial, antar kelompok intern umat beragama, antar eksten umat beragama. melemahnya solidaritas kemanusiaan dan berbagai penyakit sosial lainnya.

Dalam menghadapi situasi pelik demikian, muncul pertanyaan yang dilontarkan oleh generasi muda dan oleh siapa saja yang ingin menajami lebih lanjut makna ibadah puasa Ramadhan, sekaligus berharap dapat memperolch nilai tambah dan  mamfaat praktis dari ibadah yang dilakukamya untuk dijadikan panduan etik dalam hidup sehari-hari. Apakah pasca idhul fitri yang akan kita jalani nanti mampu mempertahankan nilai-nilai ibahad yang telah kita peroleh selama 30 hari lamanya atau jangan-jangan akan berkesudahan bersama perginya ramadhan, dan imflikasinya "sajadah baru,mukenah baru, peci baru dilipat rapih dan disimpan dalam lemari dan berharap bisa bertemu lagi ramadhan"

Al-Qur'an dengan tegas menjelaskan hal ini disertai hadis-hadis pendukungnya. tetapi dari segi .mamfaat dan nilai guna yang bersifat fungsional-praktis, khususnva yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari untuk kehidupan sebelas bulan di luar bulan Ramadhan, orang masih perlu menjelaskan dan mengupasnya lebih lanjut. Setidaknya ada 3 nilai pokok yang dapat dipetik dari ibadah puasa Ramadhan yang dapat dijadikan pedoman etik kehidupan selama 11 bulan yang akan datang,

1.      Sikap kritis dan peduli terhadap lingkungan sosial sekitar

Agama Islam sesungguhnya mempunyai cara pandang yang unik bahwa tidak selamanya, kebutuhan makan-minum harus dipenuhi lewat tradisi yang biasa berjalan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Menurut pandangan Islam. rutinitas makan dan minum lebih-lebih yang mengandung kalori berlebihan, sekali waktu perlu dicegah dan dihindari. Islam mengajarkan bahwa orang tidak harus sclalu "terjebak", "terbelenggu", "diperbudak" olch rutinitas makan dan minum yang terjadwal. Lebih jauh lagi, Islam mengajarkan bahwa orang tidak harus "terbelenggu" dan "terjebak" oleh rutinitas hukum pasar dan rutinitas hukum ekonomi. Sekali waktu, orang harus dapat mengambil jarak, menahan diri, bersikap kritis, dan keluar dari kebiasaan rutin budaya konsumerisme hedonisme yang selalu ditawarkan oleh pasar.

Sesugguhnya, orang yang menjalankan ibadah puasa dilatih dan dibiasakan untuk bersikap "kritis" ketika melihat semua fenomena kchidupan yang sedang berjalan dan terjadi dalarn masyarakat luas. Jika seseorang terlatih untuk bersikap kritis dan introspektif diharapkan akan timbul kekuatan dan keberanian moral untuk melakukan koreksi dan tindakan perbaikan terhadap keadaan lingkungan sekitar. Tindakan koreksi dan perbaikan adalah simbol rasa memiliki dan sekaligus rasa peduli seseorang terhadap lingkungan sekitar. Pada gilirannya, sikap kritis tersebut dapat disemaikan kepada orang lain, teman seprofesi, seagama, sejawat penyelenggara negara. Tindakan berkelanjutan ini diharapkan akan berujung pada terbentuknya gerakan masyarakat peduli (care society) lingkungan alam dan sosial yang genuin.

Generasi muda dan generasi tua bangsa Indonesia sekarang ini sedang terjangkit penyakit careless society (masyarakat yang tidak peduli). Masyarakat yang acuh terhadap lingkungan sekitar, tidak peduli pada nasib kiri-kanan. Akibatnya, mereka dirundung oleh berbagai penyakit moral. Generasi mudanya mudah tergiur oleh Narkoba (Narkotika dan obat-obat terlarang) sedang generasi tuanya dihinggapi Penyakit KKN (Korupsi. Kolusi dan Nepotisme) yang sangat kronis yang meluluhlantakkan sendi-sendi peradaban masyarakat Indonesia.

Kedua fenomena moral-sosial tersebut, tidak lain hanyalah menunjukkan bahwa ketahanan mental dan kekuatan moral bangsa Indonesia memang sangat rapuh, tak berdaya dan mencapai titik terendah. Dalam pergaulan sehari-hari, manusia Muslim tidak lagi mempunyai daya tangkal dan nalar kritis terhadap lingkungan sosial sekitarnya. Pendidikan agama hanya dipahami secara formal-tekstual-lahiriyah, terjebak dan terkurung pada ibadah mahdlah (murni) yang sifatnya terlalu teosentris tetapi kurang dikaitkan dengan "jiwa", makna", "nilai" dan "spirit" terdalam dari ajaran-ajaran agama yang dapat menggerakkan jiwa seseorang dan kelompok untuk lebih peduli terhadap persoalan kemanusiaan sekitar (anthroposentris).

Dengan usainya ibadah puasa, seluruh umat Islam bersama seluruh lapisan masyarakat dlharapkan bahkan dituntut untuk dapat mengkristalisasikan nilai dan mengambil sikap bersama untuk menanggulangi dan membasmi penyakit mental dan moral yang sedang melilit bangsa yang mengakibatkan krisis multidimensi di tanah air.

2.      Pertautan antara kesalehan pribadi dan kesalehan sosial.
Jika direnungkan kembali. falsafah peribadatan Islam, khususnya yang terkait dengan ibadah puasa, menegaskan perlunya dilakukan "turun mesin" (overhauling) kejiwaan, selarna 30 hari dalam satu tahun. " Turun mesin" adalah merupakan proses meneliti, rnemeriksa onderdil yang rusak dan aus, mengencangkan skrup yang kendor, mengganti alat-alat yang rusak, mengoreksi dan memperbaiki secara total. Pada saat turun mesin, tidak ada lagi yang perlu ditutu-tutupi. Semua peralatan dibongkar, dicek dan diperiksa satu persatu dan kemudian dilakukan perbaikan alat-alat yang rusak, penggantian oli, pengecekan kelayakan rem. pemeriksaan sistem lighting dan begitu seterusnya. Koreksi total Ini dibutuhkan untuk, menjamin kelancaran dan keselamatan kendaraan itu sendini dalarn menjalankan tugas untuk waktu-waktu berikumya.

Ibadah puasa ibarat proses "turun mesin" kejiwaan manusia Muslim, selama satu tahun sekali. Kesediaan untuk melakukan koreksi, introspeksi, kritik, memupuk semangat perbaikan, selalu tercermin dalam menjalankan ibadah puasa. Pengendalian hawa nafsu. emosi dan pengendalian diri pada umummya.

Ayat-ayal: Makkiyah dan Madaniyyah selalu menekankan aspek kepedulian sosial. Makna taskiyatu al-nafs (penyucian diri) sekarang ini tidak lagi . bisa dipahami seperti orang-orang terdahulu memahaminya ' yakni dengan cara menarik diri dari pergumulan dan pergulatan sosial-kemasyarakatan. Makna "tazkiyatu al nafs " era kontemporer sangat terkait dengan keberadaan orang lain, lingkungan hidup, lingkungan sosial sekitar. Zakat, sebagai contoh, selalu terkait dengan keberadaan orang lain. Sesunggahnya, penyucian diri pribadi, atau ritus-ritus individual yang tidak punya dampak dan makna sosial sama sekali kurang begitu bermakna dalam struktur bangunan pengalaman keagamaaan IsIam yang otentik.

Dengan lain ungkapan bahwa kesalehan pribadi sangat terkait erat dengan kesalehan sosial. Krisis lingkungan hidup di tanah air adalah cermin dari krisis kepekaan dan kepedulian sosial. Ada korelasi positif antara krisis sosial, krisis ekonomi dan krisis lingkungan hidup, Dampak krisis ekonomi terhadap kehidupan rakyat kecil cukup signifikan, khususnya yang terkait dengan pendidikan anak-anak kita perlu ditingkatkan dan didukung oleh semua bagaimana pun juga tidak dapat kita pungkiri bahwa anak-anak kita jualah yang akan menjadi generasi pelanjut bangsa, tidakkhah kita prihatin melihat anak-anak kita dengan keadaan sekarang yang jauh dari kapasitas keintelektualan yang tentu dalam hal ini kitalah orang tuaku lebih bertanggung jawab, jangan sampai kami anak-anakmu malah menjadi musuh di hari kemudian.

Sejauh manakah ibadah puasa yang dilakukan selarna 30 hari berdampak positif dalam membentuk kesalehan pribadi dan memperkokoh kesalehan Sosial? Sejauh mana nuansa pemikiran kritis terhadap lingkungan dapat ditumbuh-kembangkan untuk mengurangi gap yang terlalu jauh dalam antara kesalehan pribadi dan kesalehan sosial? Memang benar sinyalemen Nabi bahwa banyak orang berpuasa tetapi mereka tidak memperoleh apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.

 Intisari dan hikmah puasa belum mampu menyentuh kesadaran paling dalam dan belum mampu membentuk sosok pribadi manusia beragama dan, beriman secara matang, utuh, tangguh, dan kritis.

3.      Jiwa keagamaan yang inovatif, kreatif dan transformatit

Kiranya dapat diperoleh kesimpulan bahwa nilai kegunaam praktis ibadah puasa adalah kemampuannya untuk membentuk pribadi. cara pandang dan semangat keagamaan yang baru, inovatif, kreatif dan dapat diperbaharui secara terus menems. Pembaharuan kualitas hidup beragama ke arah paradigma berpikir keagamaan baru yang lebih menggugah-imperatif, inovatif. kreatif dan transfomatif dalam menjalani kehidupan sehari-hari baik dalam kapasitas seseorang sebagai petani, pedagang, guru, kyai, Polisi, adalah tujuan utama disyari'atkan puasa Ramadhan. Puasa tidak hanya semata-mata sebagai "doktrin" kosong yang harus dijalankan begitu saja, tanpa mengenal makna terdalam serta implikasi dan konsekwensi praktisnya dalam kehidupan konkrit schari-hari, Ibadah puasa mempunyai fungsi moralitas praktis, akhIaq karimah, budi luhur dan pendidikan keagamaan yang bermuatan nilai-nilai kritis-konstruktif dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Terbentuknya cara berpikir, mentalitas, cara pandang, way of  Iife dan cara hidup keagamaan yang "baru", setelah mengalami turun mesin selama 30 hari adalah bagian tak terpisahkan dan termasuk tujuan utama disyari'atkan ibadah puasa. 

ليس العيض لمن لبس الجديد و لكن العيض لمن تقوه يزيد


Hari raya Idul Fitri bukan bagi orang-orang yang mengenakan baju baru tetapi Idhul fitri adalah bagi orang-orng yang taqwanya bertambah). yakni bagi orang-orang yang mempunyai kemauan dan semangat untuk terus menerus memperbaiki kehidupan pribadi, keluarga dan sosial kemasvarakatan, coba kita renungkan, Hari idul fitri nanti kita  datang dengan pakaian serba baru baju baru, sarung bau, sajadah baru, peci baru, seolah idhul fitri tidak meriah kalau tidak serba baru, sementara saudara-saudara kita yang fakir dan miskin hari ini hanya bisa menangis melihat kebahagiaan kita, yang jangankan pakaian baru buat keseharian saja mereka tak punya, padahal kita lebih dari cukup, lalu kenapa kita tidak pernah peduli pada nasib dan kehidupan mereka, padahal mereka adalah saudara muslim kita yang juga berhak merayakan hari kemenangan penuh bahagia ini.

Mudah-mudahan dengan mengenal tujuan syar'iy ibadah puasa. dalam merayakan Idul Fitri 1433 H kita umat Islam. mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup keagamaan kita menuju masyarakat yang kritis dan peduli terhadap lingkungan sosial dan alam sekelilingnya. Kesadaran baru ini diharapkan mampu berperan aktif mengoreksi perjalanan dan tanggungjawab sejarah kehidupan kita di bumi nusantara. Amin ya Rabbal alamin.

Beberapa Artikel ramadhan yang kami sarankan untuk anda baca agar dapat menghadirkan pahala dan ampunan di bulan ramadhan ini:


NILAI FUNDAMENTAL PUASA RAMADHAN
About
NILAI FUNDAMENTAL PUASA RAMADHAN - written by Unknown , published at 08.31, categorized as PUASA RAMADHAN . And has 0 komentar
0 komentar Add a comment
Bck
Cancel Reply