Tinjauan Dakwah Islam

by Unknown , at 01.01 , has 0 komentar
A. Definisi Dakwah

Definisi dakwah menurut etimologi (bahasa) berasal dari bahasa arab berasal dari isim masdar yaitu dari fi'il da'a yad'u du'aan wa dakwatan yang artinya panggilan, ajakan, iSedangkan  menurut terminologi  pengertian dakwah terdapat beberapa pengertian diantaranya:

  1. menurut Drs. Ya'kub dalam bukunya publistik dakwah islam adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah dengan cara ynag bijaksana, nasehat yang baik serta berdebat dengan cara yang baik pula.[1]
  2. syeikh Ali mahmud dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan definisi bahwa dakwah adalah mendorong manusia agar berbuat kebaikan, dan menurut petunjuk menyeru mereka berbuat kebaikan dan melarang mereka dari perbuatan yang mungkar, agar mereka mendapat kebahagiaan didunia dan akhirat.
  3. muhammad Natsir. Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan kepada perorangan manusia dan seluruh umat tentang pandangan p manusia didunia ini, yang meliputi amar ma'ruf nahi mungkar dengan berbagai macam media dan cara yang perboehkan akhlaq upan perorangan, perikehidupan berumah tangga , perikehiduan arakat, dan perikehidupan bernegara.[2]

  4. H.S.M. Nasaruddin latif dalam bukunya teori dan dakwah islamiyah memberikan definisi. Dakwah adalah setiap usaha dan lisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman, memta'ati Allah sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari'at serta akhlaq islamiyah.[3]
  5. letjen H. Sudirman dalam tulisannya yang berjudul peroblematika dakwah islam di indonesia memberikan definisi bahwa dakwah adalah usah unruk merealisasikan ajaran islam didalam kenyataan hidup sehari-sehari baik kehidupan seseorang, kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa umta manusia untuk memperoleh keridhoan Allah SWT.[4]
Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:
  1. dakwah itu adalah peroses penyelenggaraan suaut usah atau aktivitas yang dilkukan dengan dasar sengaja.
  2. Usaha yang diselenggarakan itu berupa: mengajak orang untuk beriman dan mentaati Allah atau memeluk agama islam. Amar ma'ruf perbaikan dan pembangunan masyarakat (Ishlah) dan Nahi Mungkar.
  3. Peroses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhaoi Allah SWT.

B. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah yang utama dan departemental itu tidaklah dapat dicapai dengan melakukan sekali tindakan saja, malainkan harus dicapai dengan melakukan serangkaian tindakan secara tahap demi tahap dalam periode tertentu yang ditetapkan dan dirumuskan pula pada sasaran tertentu atau target yang harus dicapai. Dengan demikian target adalah merupakan anak dakwah kearah pencapaian utama dakwah.[5]

Tujuan utama sasaran objek dakwah adalah sebagai berikut.
  1. untuk perorangan adalah terbentuknya peribadi muslim yang mempunyai iman yang kuat, berperilaku sesuai dengan hukum-hukum ynag disyari'atkan Allah SWT danberakhlakul karimah.[6]
  2. Untuk keluarga adalah terbentuknya keluarga yang bahagia, penuh ketentraman dan cinta kasih antara anggota keluarga.[7]
  3. Untuk masyarakat adalah terwujudnya masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah yang senantiasa melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.[8]
  4. Disamping itu pula untuk manusia dunia terbentuknya masyarakat didunia yang penuh dengan keamanan, kedamaian dan ketenangan dengan tegaknya keadilan dan persamaan hak dan kewajiban dan tidak adanya diskriminasi dan ekploitasi saling tolong menolong saling hornat menghormati sehingga akan terwujud masyarakat dan negeri yang subur makmur yang diridhoi Allah SWT. Sebagai mana firman Allah dalam surat saba: 15[9] Artinya:  Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun".

Ayat Al-Quran diatas menjelaskan bahwa para penduduk di kerajaan yaman itu subur hidup dengan kenikamatan yang melimpah dan rizki yang luas. Dan mereka berikan tanaman yang cukup dan kebun-kebun yang indah disebelah kiri dan kanannya terdapat lembah atau telaga, kemudian Allah SWT  mengirirm utusan-utusan agar ia memrintahkan kepada mereka untuk memakan rizki dari tuhan mereka dan agar mereka mensyukurinya denga bertauhid kepada-Nya dan beribadah kepada-Nya sebagai bentuk penjagaan terhadap nekmat yang diberikan kepada mereka berupa anugrah ini. Allah SWT memperbagus nikmat tersebut. kemudian mereka berpaling artinya tkidak mensyukuri dari apa-apa yang mereka diperintahkan kepadanya, maka mereka disiksa dengan mengutus air sehingga mereka dan negerinya berpecah belah, bercerai berai dan hancur berkeping-keping.[10]

C. Hukum Berdakwah.
Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim. Misalnya amar ma'ruf nahi mungkar, berjihad, memberi nasehat dan sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa syari'at atau hukum tidak mewajibkan untuk selalu mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin, akan tetapi usahalah yang diwajibkan semaksimal mungkin sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Dengan demikian bahwa berdakwah wajib bagi semua orang yang mengaku beragama islam sebagai mana firman Allah SWT dalam surat Ali-Imran ayat 110 sebagai berikut:

öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_̍÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ šcöqyg÷Ys?ur Ç`tã ̍x6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur šÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #ZŽöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB šcqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçŽsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ
Artinya:   Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Didalam salah satu tafsir dijelaskan bahwa kalian wahai umat Muhammad adalah sebaik-baiknya umat dan orang yang paling bermanfaat diantara orang-orang yaitu  memerintahkan kepada yang ma'ruf yaitu apa-apayang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan mencegah dari perbuatan yang mungkar yaitu semua yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, kalian juga membenarkan Allah yang menetakan yang dikuatkan oleh amal yang sholeh. Dan kata Ahlul kitab itu adalah orang yahudidan orang nashrani yang sekirannya mereka kepada Allah maka mereka akan mendapatkan didunia dan diantara mereka sedikit yang beriman dan kebanyakan mereka keluar dari agama Allah SWT.[11]dan surat Ali-Imran ayat: 104
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.
Kewajiban yang terkandung dalam ayat tersebut ada dua objek : pertama seluruh kaum muslimin mereka wajib ,membentuk jamaah, kedua ditujukan kepada jamaah yang diberi tuga dan kewajiban.[12]

Dan disamping itu kita brikan amanah oleh  yaitu kitab Allah yang memang harus disampaikan kepada setiap manusia  agar mereka menjadi orang-orang yang berbuat baik sehingga  mereka mendapatkan hadiah yang besar yaitu surga. Sebagai mana firman Allah SWT dalam surat Fathir ayat: 32
§NèO $uZøOu÷rr& |=»tGÅ3ø9$# tûïÏ%©!$# $uZøŠxÿsÜô¹$# ô`ÏB $tRÏŠ$t7Ïã ( óOßg÷YÏJsù ÒOÏ9$sß ¾ÏmÅ¡øÿuZÏj9 Nåk÷]ÏBur ÓÅÁtFø)B öNåk÷]ÏBur 7,Î/$y ÏNºuŽöyø9$$Î/ ÈbøŒÎ*Î/ «!$# 4 šÏ9ºsŒ uqèd ã@ôÒxÿø9$# 玍Î7x6ø9$# ÇÌËÈ
Artinya :   Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.

Penjelasan tafsir ayat tersebut adalah ada tiga kriteria orang yaitu:
a.       orang yang mendzalimi dirinya sendiri ialah orang yang menyia-yiakan didalam mengerjakan sebagian kewajiban lagi orang yang melaksanakan kepada sebagian yang diharamkan.
b.      Muqtashid ialah orang yang menuneikan suatu kewajiban dan meninggalkan suatu yang diharamkan akan tetapi ia meninggalkan sebagian yang disunnahkan dan mengerjakan sebagian yang makruhkan.
c.       Saabiqum bil-khoiraat Biidznillah ialah orang yang mengerjak hal yang wajib dan yang disunnahkan, meninggalkan yang diharamkan dan yang dimakruhkan dan sebagian yang dibolehkan.[13]
           
Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang yang berlomba-lomba dalam kebaikan itu akan dimasukan kedalam surga tanpa dihisab. Orang yang muqtashid juga dia masuk surga dengan rahmat Allah SWT, dan orang yang mendzalimi dirinya sendiri bersama orang Ashabul A'raf mereka akan masuk surga karena syafa'at dari Nabi Muhammad SAW. Seperti ini pula diriwayatkan dari kebanyaka ulama salaf bahwa orang yang menndzalimi diri sendiri itu termasuk umat ini dan orang-orang yang terpilih menurut batasan tertentu. Ulama yang lain mengatakan bahwa mendzalimi diri sendiri itu bukan termasuk umat ini dan orang-orang yang terpilih yang mewarisi kitab tersebut.[14]

Islam adalah agama risalah untuk manusia keseluruhannya. Umat Islam adalah mendukung amanah untuk meneruskan risalah dengan dakwah rbaik sebagai umat kepada umat-umat  yang lain ataupun perseorangan ditempat manapun mereka berada menurut kemampuannya masing-masing. Dan didalam hadits kita diperintahkan untuk menyampaikan walaupun satu ayat:[15]
بلغوا عني ولواية  
Artinya: sampaikanlah ajaran ku kepada orang lain walaupun satu ayat. (HR. Bukhari)

D. subjek Dakwah
Subjek Dakwah adalah orang yang menyampaikan risalah Allah SWT  yang ddisebut dengan Da'I yaitu yang mengajak kepada orang untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Da'I dalam hal ini adalah semua orang yang  menyampaikan dan mengajak manusia kejalan Allah SWT.

Hubungan dengan subjek dakwah ini berarti berhubungan dengan keperibadian seoarang da'I yang tentunya bersfat Rahaniyah (psycologis). Didalam kelasifikasi seorang da'I yakni yang beersifat rohaniyah pada dasarnya mencakup masalah sifat, sikap dan kemampuan diri pribadi seorang da'i. dimana ketiga masalah ini sudah kepribadian) yang harus dimiliki. Diantara sifat-sifat subjek Dakwah (Da’i) sebagai berikut:
d.      Iman dan taqwa kepada Allah SWT.
e.       Tulus ihklas dan mementingkan kepentingan diri pribadi.
f.       Ramah dan penuh pengertian.
g.      Tawadhu (rendah diri).
h.      Sederhana dan jujur.
i.        Sifat anthusiasisme (semangat).
j.        Sabar dan Tawakal.
k.      Memiliki jiwa tolerans.
l.        Sifat terbuka.
m.     Tidak memilki penyakit hati.

Sikap seorang da'I itu adalah da'I itu memilki akhlaq yang mulya, hing ngarso asung tulodo, hing madya mengun karsa, tutwuri handayani, disiplin dan bijaksana, wira'I dan berwibawa,tanggung jawab, berpandangan luas, berpengatahuan ynag cukup. Sedangkan kepribadian yang bersifat jasmaniyah adalah seorang itu harus sehat jasmani dan berpakaian necis atau rapih dan sopan. Pada intinya seorang da'I tidak berhak mendapat pujian yang berhak mendapat pujian hanya Allah SWT dan kita beribadah semata-mata karena Allah SWT dan meminta pertolongan dan petunjuk kepada-Nya. Sebagai mana fiman Allah SWT dalam surat Al-Fatihah :1-7
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÊÈ   ¬! Å_Uu šúüÏJn=»yèø9$# ................. Ÿwur tûüÏj9!$žÒ9$# ÇÐÈ  
Didalam surat Al-Fatihah terkandung puji, janji dan do’a. Allah SWT memberi petunjuk kepada kita agar dalam melakukan sesuatu dimulai dengan membaca tasmiyyah (basmalah) dan itu merupakan perbuatan dianjurkan oleh Dzat (Allah SWT). Dan juga menetapkan agar meminta pertolongan dengan menyebut nama-Nya yang Maha besar. Dalam surat Al-Fatihah juga terkandung dua golongan yaitu golongan orang yang mendapatkan petunjuk dan golongan orang   yang sesat dan beberapa hidayah diantaranya:[16]
  1. hidayah Ilhamul fitri yaitu hidayah yang berikan kepada anak ketika lahir seperti berteriak ketika ia butuh makan dan minum.
  2. Hidayah al-hawaas yaitu hidayah yang menyempurnakan kepada hidayah yang pertama, dan ini diberikan kepada manusia dan hewan, akan tetapi hidayah tersebut pertama diberikan kepada hewan akan tetapi sedikit, kemudian diberikan kepada manusia dengan sempurna dan secara berangsur-angsur.
  3. Hidayah Akal yaitu hidayah yang bisa membedakan mana yang baik dan  yang buruk.
  4. Hidayah al-Din yaitu hidayah yang benar , dan merupakan sumber yang tidak menyesatkan (memberikan petunjuk) kepada manusia.
  5. Hidayah Ma’uunah dan Taufiq yaitu hidayah yang menghantarkan manusia kepada jalan kebaikan dan jalan keselamatan dan hidayah ini yang lebih khusus dari hidayah agama, dan khusus dimiliki Allah SWT.
Pengertiannya adalah bahwa manusia (seorang Da’i) dalam melakukan dakwahnya harus dibarengi dengan keikhlasan tanpa mengaharapkan pujian dari orang lain (objek) dakwah, karena kita hanya diperintahkan untuk beribadah dan meminta pertolongan kepada Allah SWT juga meminta petunjuk hanya kepada-Nya.         

D. Obyek Dakwah (sasaran Dakwah ).
Obyek Dakwah adalah orang yang didakwahi yaitu masyarakat baik masyarakat bawah, menengah dan atas. Dalam hal ini maka objek dakwah dapat dibagi dua bagian yaitu sebagai berikut:
  1. Umat Dakwah adalah orang yang belum memeluk Islam dan dakwah kepada bersifat seruan dan ajakan agar mereka mau memeluk Islam dan mengikuti syari'atnya. Umat dakwah tersebut diantaranya: kafir (musyrik), beragama lain (kristen, yahudi), dan Ateis.
  2. Umat ijabah adalah orang yang sudah masuk Islam dan dakwah kepada mereka itu bersifat bimbingan dan tuntunan baik itu menyangkut aqidah, ibadah, Akhlaq dan Muamalah duniawiyah yang sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW dengan kata lain bersifat Purifikasi. Umat Ijabah itu diantaranya: Awam dan Ilmuan.
Diantara karakteristik umat dakwah yang sudah beragama adalah mereka anti Islam, simpati, konsisten dengan agamanya, menolak, adanya kekhawatiran terhadaf syahadat, missi yang tersembunyi, dan mereka baik karena kasih sayang. Sedangkan karakteristik umat dakwah yang belum beragama baik agama Islam ataupun non muslim adalah Apriori, bebas karena mereka tidak mau terikat, keraguan dan bimbang sehingga meringankan bagi kita  dalam berdakwah tentang Islam sehingga mereka dengan mudahnya masuk kepada agama Islam, kepercayaan mereka terhadap sesuatu yang mistik seperti kepercayaan roh-roh nenek moyang dan lain sebagainya itu sangat kuat.[17]

E. Metode Dakwah
Diantara beberapa metode Dakwahnya Sebagai berikut:
1. Metode Hikmah
          Hikmah secara bahasa memiliki beberapa artinya yaitu: Al-adl, al-Ilm, al-Hlm, al-Nubuwah, al-Injil, al-Shunnah dan lain sebagainya.  Hikmah juga diartikan al-Ilah, atau alasan suatu hukum, atau al-Kalam atau ungkapan singkat yang padat isinya. Para ulama mendefinisikan kata hikmah secara istilahi yang di ambil dari pengertian bahasa tersebut antara lain:
1.      Al-Hikmah; mencapai kebenaran dengan ilmu dan akal.” Al-hikmah dari Allah mengetahui sesuatu dan menciptakan secara sempurna. Dan hikmah bagi manusia adalah mengetahui sesuatu apa-apa yang diciptakan dan berbuat baik.
2.      Hikmah adalah mengetahui sesuatu yang terbaik dengan pengethuan yang paling baik.
3.      Meletakan sesuatu pada tempatnya.
4.      Ketepatan ucapan dan perbuatan secara bersamaan.
          Ibnu katsir menafsirkan kata Hakim, maksudnya hakim dalam perbuatan dan ucapan, hingga dapat meletakan sesuatu pada tempatnya. dengan demikian ini mencakup semua tehnik dakwah yang diharapkan umat dakwah yang kita seru dengan metode bisa dapat tercapai dengan apayang  kita cita-citakan dan berhasil dengan sempurna.[18]
          Dasar-dasar kelebihan dari metode hikmah dapat mengakomodir kedua hikmah teoritis dan praktis, dan sorang tidak dikatakan hakim jika tidak bisa berbjuat bijak secara teoritis dan praktis. Allah sendiri pun memilih kata hakim sebagai salah satu nama-Nya yang di ulang lebih dari 80 kali. Hikmah juga merupakan salah satu isi hati Nabi saw. Sebagai mana dalam hadits di sebutkan: di bukalah atap mukamu dan aku di Madinah lalu turunlah jibril dan di belahlah dadaku, kemudian dicuci dengan air zamzam, lalu ia membawa bokor emas yang berisikan hikmah dan iman, kemudian dituangkan dalam dadaku,lalu  dikukuhkan (muttafaqun ‘Alaih).  Dan banyak bukti keutamaan dan kelebihan hikmah; baik dari nash maupun lainnya. Dalam hadits bukhari juga disebutkan dan beliau membuat bab sendiri dari hadits yang berkenaan dengan hikmah, beliau mengungkapkan sebagai berikut; siapa saja yang meninggalkan untuk memilih karena takut orang lain memahami hal itu setengah-setengah, akhirnya mereka terjerumus pada yang lebih parah (dari yang dikhawatirkan). Dalam hadits lain juga dikatakan “Hadapilah manusia sesuai dengan derajatnya.
2. Metode Mauidzah Hasanah (nasehat)
         
          Secara Etimologis, Mauidzah merupakan bentukan dari waadza-yaidzu-iwadzan dan idzatan; yang berarti menasehati dan meningkatkan akibat suatu perbuatan, berarti menyuruh untuk memberi wasiat agar taat. Sedangkan al-Hasanah merupakan merupakan lawan dari sayyiat maka dapat difahami bahwa mauidzah dapat berupa kebaikan; dapat juga berupa kejahatan, hal itu tergantung pada isi yang disampaikan seorang penyeru dalam memberikan nasehat dan anjuran kepada umat dakwah itu sendiri. Atas dasar itu maka perintah mauidzah itu disertai dengan kebaikan dan seruan kejalan Allah SWT dengan hikmah mauidzah Hasanah tanpa memakai embel-embel dibelakangnya. Pengertiannya harus difahami sebagai mauidzah hasanah sebagai mana firman Allah SWT  dalam suar An-Nisa ayat 24, ayng artinya “maka berialh ia nasehat yang baik, lalu biarkan ia tidur sendirian dan pukulah dia…[19].
Kata Mauidzah Hasanah dalam istilah dakwah berarti nasehat yang memiliki format yang banyak, di antaranya:
(1).Perkataan yang jelas, dan dengan lemah lembut. Firman Allah: “dan berkatalah kepada manusia dengan perkataan yang baik. (2).Isyarat lembut atau halus yang dapat difahami. (3). Ta’riid, Kinayah dan Tauriyah (semua berarti cara menjelaskan dengan indah). (4).Cerita khutbah yang mengesankan, anekdot. (5).Mengingatkan akan nikmat Allah dengan respon yang diharapkannya adalah syukur kepada-Nya.(6).Reward dan Punisment. (7).Persuatif dan preventif. (8).Janji akan kemenangan. (9).Tabah dan sabar.
Dengan cara-cara yang lain baik langsung maupun tidak langsung yang dapat mengesankan bagi sasaran dakwah yang dapat memotivasinya untuk merespon seruannya. Dalam al-qur’an dan al-Shunnah banyak sekali contoh-contoh dari formula tersebut. Dasar-dasar metode mauidzah hasanah:
1. Adanya perintah yang jelas untuk menggunakan metode tersebut sebagai mana dalam surat An-Nahl:125
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) 7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Didalam ayat tersebut ada kata Al-Hikmah itu maksudnya adalah perkataan hikmah yang sertai dengan dalil yang menjelaskan kepada kebenaran yang bisa menghilangkan perbuatan yang subhat. Sedangkan mauidzah Hasanah adalah  dalil dzaniyyah yang dapat memuaskan kepada hal layak ramai, Al-Jadal adalah bercakap-cakap, berdiskusi untuk menghilangkan suatu pertentangan.[20]
Penjelasan tafsir adalah serulah mereka  wahai Rasul kepada dzat yang mengutus-Mu yaitu Allah SWT dengan ajakan agar mereka menjalankan syari'at-Nya yang mengatur makhluq-Nya berdasarkan wahyu yang diturunkan kepadamu dan juga berdasarkan 'Ibrah dan Mauidzah yang dijadikan oleh Allah didalam kitab-Nya sebagai hujjah atas mereka, dan mengingatkan mereka tentang turun ayat tersebut sebagai yang disebutkan dalam suara ini dan mendebat dengan perbebatan yang baik dan engkau melapangkan mereka yang menyakiti kepadamu.[21]
2. Rasulullah saw menjadikan nasehat sebagai dasar agama dengan sabdanya: agama adalah nasehat  dan nasehat adalah sinonim dari mauidzah hasanah sebagai mana telah di ungkap dulu.
3. Rasulullah saw membaiat sahabat agar memberi nasehat kepada kaum muslimin dalam hadits diungkapkan : akan dibaiat oleh rasulullah untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan memberi nasehat kepada seluruh kaum muslimin.
3. Metode berdebat
          Berdebat menurut bahasa berarti berdiskusi atau beradu argumen. Di sini berarti berusaha untuk menaklukan lawan bicara sehingga seakan-akan ada perlawanan yang sangat kuat terhadap lawan bicara serta usaha untuk mempertahankan argumen dengan gigih.
          Secara Epistimologi, berdebat sebagai mana yang di definisikan oleh para ulama sebagai berikut:
1. Usaha yang dilakukan sesorang dalam mempertahankan argumen untuk menghadapi lawan bicara.
2. cara yang berhubungan dengan pengukuhan pendapat atau madzhab.
3. membandingkan berbagai dalil atau landasan untuk mencari yang paling tepat. Perdebatan memliki dua sifat; dengan cara yang baik dan dengan cara yang tidak baik. Sebagai mana firman Allah SWT: An-Nahl ayat 125 yang artinya “ berdebatlah dengan cara yang baik. Dalam perakteknya metode ini hanya dipakai untuk mempertahankan dan meluruskan kegiatan dakwah jika dihadapkan pada pihak dakwah yang diseru, dan tidak dianjurkan untuk dipakai jika tidak ada perlawanan. Itu pun hanya bisa digunakan jika dilakukan dengan argumen yang terbaik, serta cara yang terbaik pula.

4. Metode keteladanan
          Menurut bahasa, gudwah berarti uswah; yang dalam bahasa Indonesianya berarti keteladanan atau contoh. Meneladani atau mencontoh sama dengan mengikuti suatu pekerjaan yang dilakukan sebagai mana adanya. Untuk selanjutnya penulis menggunakan keteladanan yang baik karena kata teladan dalam bahasa Indonesia mengandung makna teladan. Yang dimaksud dengan keteladanan yang baik di sini adalah keteladanan yang baik. Dalam ayat yang di kemukakan dimuka, keteladanan sengaja diberi sifat baik, karena dalam perakteknya, bisa saja seorang menjadi teladan yang buruk. Dalam hadits diungkapkan: “ barang siapa yang membuat teradisi baik maka baginya pahala atas apa yang di lakukannya serta pahala orang lain yang mengikuti teradisi tersebut tanpa mengurangi pahala yang mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang menbuat teradisi buruk, maka baginya dosa serta dosa yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa para pengikutinya sedikitpun. (HR. Muslim).[22]
         

Dalam Islam qudwah hasanah dapat dibedakan dlam dua bagian:
1. Qudwah hasanah yang bersifat mutlak, yaitu suatu teladan atau contoh baik sama sekali tidak tercampuri oleh keburukan karena setatusnya benar-benar baik; sebagai mana teladan yang diberikan Rasulullah saw kepada umatnya. Status Rasulullah yang ma’shum terbebas dari dosa, membuat beliau menjadi teladan bagi umatnya, demikian juga teladan para Nabi terdahulu.
2. Qudwah hasanah nisbi yaitu teladan yang terikat dengan apa yang disyari’atkan oleh Allah SWT. Karena status teladan itu dari manusia bukan dari Rasul atau Nabi. Keteladanan dari mereka, seperti para ulama dan pemoimpin ummat lainnya, hanay sebatas jika tidakbertentangan dengan syari’at Allah SWT. Tidak ada keteladanan atau keteladanan dari mereka yang mengajak atau menyeru untuk menentang Allah SWT. Keteladanan pada diri sellain Rasul sering kali bersifat terbatas; artinya hanya tindakan saja yang bisa diikuti, dan sebagian yang lain tidak. Hal ini karena keterbatasan manusia dalam menerapkan dan menyerap ajaran yang diterimannya.
5. Metode Ceramah.
Metode adalah suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara seorang Da'I / mubaligh pada suatu aktivitas dakwah. Ceramah dapat pula berskifat profaganda, kampanye, berpidato (rhetorika), ceramahkhutbah, sambutan, mengajar dan sebagainya. Metode ceramah ini digunakan bilamana: objek dakwah atau sasaran dakwah berjumlah banyak,penceramah atau mubaligh adalah orang yang pandai berceramah dan berwibawa, sebagai syarat dan rukun khutbah jum'at dan hari raya, tidak ada metode yang lain yang dianggap paling sesuai dipergunakan. Seperti dalam walimatul 'urusy, bukan simulasi games, role playing, diskusi dan sebagainya.[23]

F. tempat dan waktu berdakwah.

Tempat berdakwah adalah melalui:[24]
  1. lembaga pendidikan Formal  .
  2. Lingkungan keluarga.
  3. Organisasi-oarganisasi Islam.
  4. Hari-hari besar Islam.
  5. Surat kabar dan majalah.
  6. Televisi, Media Massa dan Radio.
  7. Seni Budaya.
  8. Mesjid dan tempat-tempat lain yang memungkinkan untuk berdakwah.
Sedangkan mengenai waktu untuk berdakwah adalah kapan saja dan dimana saja kita berada selama hayat masih dikandung badan maka kita wajib menyampaikan risalah agama walaupun hanya satu ayat.

Daftar Pustaka
1.      Abdul fatah, Drs, Rohadi MA, Manajemen Dakwah di Era Global, CV, Fauzan Inti Kreasi Jakarta, th. 2003.
2.      Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Al-Ikhlas-Indonesia, th. 1983.
3.      Majlis Tarjih, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Bengkel Penelitian dan Perencanaan Dakwah, Yogyakarta, th.1407 H.
4.      Ali, Hasan, Umar, M, Kelengkapan Dakwah, Yogyakarta, CV Thaha Putra, Semarang, th.1988.
5.      Warson, Ahmad, Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Edisi Lux, Yogyakarta, th.1984
6.      Abdul, Wachid, Saad, Prof. Drs. Al-Hidayah, Jilid II, cet I. Suara Muhammadiyah, yogyakarta. Th. 2009.
7.      Al-maraghi. Ahmad. Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Jilid V, Beirut: Darul Fikr. th. 2006.
8.      Abu Fida', Imadudin, Ismail bin Umar bin Katsir Al-Bushrawi, Ad-Damsyiqi, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid VI. Beirut: Darul Shaadir.
9.      Tafsir Qur'an Al-Muyassar. Arab Saudi.
10.  Natsir, M, Fiqhud-Dakwah, I.I.F.O, th.1981.
11.  Az-Zuhaili, Wahbah, Tafsir Al-Munir jilid 1, Darl Fikr. th 2005.



[1] Dasar-dasar strategi dakwah karya Asmuni Syukir.hal :19
[2] Fungsi dakwah dalam rangka perjuangan. Hal:7
[3] Management dakwah Islam karya Drs. Rosad saleh hal: 19
[4] Idem 3
[5] Management Dakwah Islam karya Drs. Rosad Saleh hal: 31
[6] Pengantar memahami dakwah Islam karya Drs. Waharjani Mag.
[7] Idem 6.
[8] Dasar-dasar strtegi Dakwah karya Asmuni Syukir .hal: 55
[9] Idem 6.
[10] Tafsir Al-Maraghi karya Ahmad Musthafa Al-Maraghi hal: 44
[11] Tafsir Al-Muyassar hal: 64
[12] Tafsir Al-hidayah karya prof. Drs. Saad Abdul Wachid. Hal:101
[13] Tafsir Ibnu Katsir  jilid 4, hal: 282.
[14] Idem 12
[15] Fiqhud-Dakwah jejak Risalah dan dasar-dasar dakwah karya M. Natsir hal: 105.
[16] Tafsir Al-Munir karya Wahbah al-Zuhaili hal: 61, 62, 63, 64.
[17] Penyampaian mata  kuliah Ilmu dakwah Drs. Waharjani, Mag.
[18] Manajemen dakwah di Era Global hal:27
[19] Ibid 13
[20] Al-Maraghi karya Ahmad Musthafa Al-Maraghi jilid 5 hal: 186
[21] Al-Maraghi karya Ahmad Musthafa Al-Maraghi jilid 5 hal: 188.
[22] Ibid 13
[23] Dasar-dasar Strategi Dakwah karya Asmuni Syukir hal: 105-106
[24]idem

Tinjauan Dakwah Islam
About
Tinjauan Dakwah Islam - written by Unknown , published at 01.01, categorized as Masailul Fiqhiyyah . And has 0 komentar
0 komentar Add a comment
Bck
Cancel Reply